Thursday, September 29, 2011

Surah al Kahf - Mishary al Affasy



bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...

Kuliah POP18-05-2011



bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...

Wednesday, September 28, 2011

Kuliah POP 09-06-2011...syukran kak as



bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...

Sunday, September 25, 2011

Kehidupan Makkah ٢: Majlis Sambutan Aidilfitri Hotel Fal Al Saha Mekah...

Kehidupan Makkah ٢: Majlis Sambutan Aidilfitri Hotel Fal Al Saha Mekah...: Nasi impit pulut kuning rendang kuah serunding kuah kacang rojak roti bomm agar2 puding kuih raya air bandung tetamu pertam...

Friday, September 23, 2011

If the beloved were among us

*Special thanks to Asyraff Hafdzan Abdullah for translation..

~ Lau Kana Bainana adalah program dokumentari televisyen yang mengkaji penerapan nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, dalam realiti masyarakat semasa. Tontoni di TV Al-Hijrah setiap Ahad, jam 9 malam.
====================
LAW KANA BAINANA

Puisi Intro
----------
Wahai Tuhanku, kami telah lalai lupa,
Namun setiap orang daripada kami tetap tamakkan,
Keampunan-Mu, dan sifat pemurah-Mu dan kebebasan daripada neraka-Mu,
Dan juga kami tamakkan syurga, yang dimasuki bersama-sama penghulu seluruh manusia.

Kami mohon pada-Mu...
Mohon dengan sangat, wahai Tuhanku,
Dari sudut hati kami yang paling dalam...

Start
-----
Kalaulah Kekasih-Mu, masih berada bersama-sama kami,
Akan terlunaslah segala hutang dan semakin hampirlah
dengan haruman Baginda, sebelum hilangnya,
rasa yang meronta-ronta untuk berada hampir dengan Kekasih-Mu.

Berada berhampiran Baginda, jiwa turut menjadi harum
Dan apa jua yang kalian doakan kepada Allah, akan diperkenankan,
Cahaya Nabi Muhammad tidak akan pernah sirna,
Sempatkanlah kami bertemu dengan Baginda,
Wahai Tuhan yang Maha Memperkenankan doa hamba...

Hidayahmu kepada alam merata meluas,
Tanda hampirnya kasih sayang Tuhan pemberi hidayah,
Hadith-hadithmu ibarat sungai mengalir jernih,
Berada di sisimu bagaikan dahan yang tumbuh segar dan basah.

Kutebus diriku dengan dirimu, wahai Kekasihku,
Nabi Muhammad yang mulia, yang asing,
Berada berhampiranmu, jiwa menjadi harum,
Wahai yang diutuskan sebagai tanda kasih sayang Tuhan kepada seluruh alam....

Wahai Kekasihku, wahai Nabi Muhammad
Wahai doktor hatiku, wahai yang dipuji dipuja
Dirimu memiliki kelebihan yang diakui
Oleh Tuhan yang turut berselawat ke atasmu.

Thursday, September 22, 2011

Ya ALLAH....



bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...

Tuesday, September 20, 2011

Sheikh Sa'ad Al-Ghamdi: Sura 'Abasa

 bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...
ttp://www.al-nidaa.com.my/artikel.php?id=482&action=view

Surat Al-Imran- Beautiful, heart trembling quran recitation



bismillahirrahmanirrahim...assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...

Wednesday, September 14, 2011

Thursday, September 8, 2011

~Adab bertamu & memuliakan tetamu~

Bismillahirrahmanirrahim... Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh...



Pembaca muslim yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Berikut ini adalah adab-adab yang berkaitan dengan tamu dan bertamu. Kami membagi pembahasan ini dalam dua bagian, yaitu adab bagi tuan rumah dan adab bagi tamu.

Adab Bagi Tuan Rumah

1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa,
bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا,وَلاَ يَأْكُلُ طَعَامَك َإِلاَّ تَقِيٌّ

“Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

2. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ

“Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

3. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang.

4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:
فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ

“Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?’” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu.

7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.

8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.

9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad). Hadits ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua.

10. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya.

11. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.

12. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis salam,
فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ

“Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.” (Qs. Adz-Dzariyat: 27)

13. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.

14. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri.

15. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.”

16. Hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.


Adab Bagi Tamu

1. Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa dirinya atau agamanya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ دُعِىَ فَلْيُجِبْ

“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْـوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُوْلَهُ
“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)
Untuk menghadiri undangan maka hendaknya memperhatikan syarat-syarat berikut:
• Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi.

• Tidak ada kemungkaran pada tempat undangan tersebut.

• Orang yang mengundang adalah muslim.

• Penghasilan orang yang mengundang bukan dari penghasilan yang diharamkan.
Namun, ada sebagian ulama menyatakan boleh menghadiri undangan yang pengundangnya berpenghasikan haram. Dosanya bagi orang yang mengundang, tidak bagi yang diundang.

• Tidak menggugurkan suatu kewajiban tertentu ketika menghadiri undangan tersebut.

• Tidak ada mudharat bagi orang yang menghadiri undangan.

2. Hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya ataupun orang yang miskin.

3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim. Sebagaimana hadits yang menerangkan bahwa, “Semua amal tergantung niatnya, karena setiap orang tergantung niatnya.” (HR. Bukhari Muslim)

4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka, hal ini sebagaimana dijelaskan Allah ta’ala dalam firman-Nya:
يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَدْخُـلُوْا بُيُـوْتَ النَّبِي ِّإِلاَّ أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَـعَامٍ غَيْرَ نَاظِـرِيْنَ إِنهُ وَلِكنْ إِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِـرُوْا وَلاَ مُسْتَئْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍ إَنَّ ذلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحِي مِنْكُمْ وَاللهُ لاَ يَسْتَحِي مِنَ اْلحَقِّ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Qs. Al Azab: 53)

5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunnahkan untuk menghadiri undangan karena menampakkan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian ibadah. Puasa tidak menghalangi seseorang untuk menghadiri undangan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذَا دُعِىَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَاِئمًا فَلْيُصَِلِّ وِإِنْ كَانَ مُفْـطِرًا فَلْيُطْعِمْ

“Jika salah seorang di antara kalian di undang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (HR. Muslim)

6. Seorang tamu meminta persetujuan tuan untuk menyantap, tidak melihat-lihat ke arah tempat keluarnya perempuan, tidak menolak tempat duduk yang telah disediakan.

7. Termasuk adab bertamu adalah tidak banyak melirik-lirik kepada wajah orang-orang yang sedang makan.

8. Hendaknya seseorang berusaha semaksimal mungkin agar tidak memberatkan tuan
rumah, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam ayat di atas: “Bila kamu selesai makan, keluarlah!” (Qs. Al Ahzab: 53)

9. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini dapat mempererat kasih sayang antara sesama muslim,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

10. Jika seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, ia harus meminta izin kepada tuan rumah dahulu, sebagaimana hadits riwayat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ مِنَ اْلأَنْصَارِ رَجـُلٌ يُقَالُ لُهُ أَبُوْ شُعَيْبُ وَكَانَ لَهُ غُلاَمٌ لِحَامٌ فَقَالَ اِصْنَعْ لِي طَعَامًا اُدْعُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ فَدَعَا رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ فَتَبِعَهُمْ رَجُلٌ فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ دَعَوْتَنَا خَامِسَ خَمْسَةٍ وَهذَا رَجُلٌ قَدْ تَبِعَنَا فَإِنْ شِئْتَ اْذَنْ لَهُ وَإِنْ شِئْتَ تَرَكْتُهُ قَالَ بَلْ أَذْنْتُ لَهُ

“Ada seorang laki-laki di kalangan Anshor yang biasa dipanggil Abu Syuaib. Ia mempunyai seorang anak tukang daging. Kemudian, ia berkata kepadanya, “Buatkan aku makanan yang dengannya aku bisa mengundang lima orang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengundang empat orang yang orang kelimanya adalah beliau. Kemudian, ada seseorang yang mengikutinya. Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Engkau mengundang kami lima orang dan orang ini mengikuti kami. Bilamana engkau ridho, izinkanlah ia! Bilamana tidak, aku akan meninggalkannya.” Kemudian, Abu Suaib berkata, “Aku telah mengizinkannya.”" (HR. Bukhari)

11. Seorang tamu hendaknya mendoakan orang yang memberi hidangan kepadanya setelah selesai mencicipi makanan tersebut dengan doa:
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَوَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارَ,وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ اْلمَلاَئِكَةُ

“Orang-orang yang puasa telah berbuka di samping kalian. Orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian. semoga malaikat mendoakan kalian semuanya.” (HR Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albani)
اَللّهُـمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِيوَاْسقِ مَنْ سَقَانِي

“Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman.” (HR. Muslim)
اَللّهُـمَّ اغْـفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ

“Ya Allah ampuni dosa mereka dan kasihanilah mereka serta berkahilah rezeki mereka.” (HR. Muslim)

12. Setelah selesai bertamu hendaklah seorang tamu pulang dengan lapang dada, memperlihatkan budi pekerti yang mulia, dan memaafkan segala kekurangan tuan rumah.

Ziarah, rumah terbuka mengeratkan ikatan persaudaraan


AMALAN ziarah-menziarahi dan mengadakan rumah terbuka mempunyai banyak hikmah sangat bermakna bagi umat Islam, terutama malam merapatkan ikatan persaudaraan. Agama Islam menggalakkan umatnya sentiasa berusaha memperbaiki ikatan silaturahim.

Firman Allah bermaksud: “Sebenarnya orang yang beriman itu bersaudara maka damaikanlah di antara dua saudara kamu itu; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beroleh rahmat.” (Surah al-Hujuraat, ayat 10)
Sabda Rasulullah SAW bermaksud: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, janganlah ia menyakiti jirannya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah dia memuliakan tetamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Hadis riwayat al-Bukhari)
Amalan ziarah atau kunjung mengunjung memberi manfaat besar dan faedah berguna dalam konteks perpaduan ummah. Amalan ziarah juga mendekatkan yang jauh, merapatkan yang renggang serta mendamaikan mereka yang bersengketa.

Dengan amalan ziarah akan terbentuklah ikatan kasih sayang yang mengeratkan sesama insan. Ini disebabkan asal kejadian manusia daripada keturunan yang sama daripada Nabi Adam dan dengan sebab itulah Islam mengajak manusia saling kenal mengenali antara satu sama lain, hormat-menghormati, saling kerjasama serta faham memahami.

Islam menggariskan beberapa peraturan dan adab ketika berkunjung sebagai tetamu antaranya mesti berniat baik, jangan memilih tempat untuk berkunjung seperti rumah mereka yang memiliki harta, pangkat dan kedudukan dalam masyarakat.

Ketika berkunjung hendaklah memilih waktu yang sesuai. Jangan berkunjung pada waktu dingin pagi, tengah hari dan larut malam kerana kebiasaan pada waktu itu tuan rumah ingin beristirahat.
Sebagai tetamu, kita perlu memohon izin dan memberi salam serta digalakkan berjabat tangan dengan tuan rumah seperti sabda Baginda SAW yang bermaksud: “Tidak ada dua orang Muslim yang bertemu, lalu saling berjabat tangan, kecuali kedua-duanya diampuni Allah SWT sebelum berpisah.”

Walau bagaimanapun, amalan berjabat tangan mestilah dilakukan mengikut lunas Islam. Ia tidak sama dengan budaya Barat yang bebas bersalaman tidak mengira lelaki atau wanita bukan mahram kerana ia dimurkai Allah SWT.

Sebagai tetamu juga, kita tidak sepatutnya bebas melakukan apa saja di rumah orang lain kerana perbuatan itu akan mengganggu dan tidak disenangi tuan rumah. Hendaklah menjaga mata, jangan mencuri dengar atau mengintai tuan rumah, janganlah mengangkat suara dan pulanglah apabila diarahkan berbuat begitu.

Pihak tuan rumah, Islam turut menggariskan beberapa adab yang perlu dipelihara dan dihayati antaranya menghormati serta memuliakan tetamu. Pada masa sama, hidangkan jamuan terbaik mengikut kadar kemampuan.

Janganlah ada maksud untuk berbangga-bangga kerana tujuan asal adalah untuk merapatkan hubungan silaturahim. Memuliakan dan melayan tetamu dengan baik adalah amalan Nabi dan Rasul terdahulu.

Namun, apa yang mengecewakan, ada kalangan umat Islam kurang memberi perhatian terhadap amalan ziarah menziarahi terutama menziarahi saudara terdekat, sahabat handai serta jiran tetangga.

Mereka lebih gemar terperap di rumah menonton televisyen.

Sikap ini perlu diubah kerana ia tidak menepati etika suasana sambutan hari raya kehendaki Islam. Marilah bersama mengambil kesempatan Syawal yang mulia untuk ziarah-menziarahi mudah-mudahan dapat mengeratkan hubungan silaturahim dan mendatangkan keberkatan dalam kehidupan kita.

Didiklah anak adab berziarah, adab bertamu, adab makan dan minum supaya mereka menjadi insan bertamadun, berperibadi tinggi, memiliki akhlak mulia serta tingkah laku mereka tidak menjadi bahan ketawa orang lain.

Adab bertamu di rumah terbuka

Oleh Ustaz Mat Esa Deraman

Masih menjadi kebiasaan umat Islam di Malaysia untuk mengucapkan salam eidilfitri kepada sahabat handai, jiran tetangga dan juga sanak saudara. Ianya adalah salam budaya bagi mengeratkan silaturrahim dan menyuburkan kasih sayang sesama kita.

Rumah terbuka adalah satu peluang untuk mengucapkan salam ini yang hanya kedengaran sepanjang syawal sahaja. Ianya satu suasana yang bagus dan perlu diteruskan. Bersalam-salaman pada suasana kemeriahan rumah terbuka perlu ada batasannya. Jangan sampai tak kenal yang mana mahram yang mana bukan.

Adab bertamu juga perlu diketahui dan dipraktikkan dengan sempurna. Antaranya ialah:

1- Mengunjungi sahabat atau saudara waktu kelapangannya
2- Menjauhi waktu-waktu yang hampir dengan solat fardhu
3- Tidak berada terlalu lama
4- Tidak mengintai isi rumahnya
5- Makan dengan penuh syukur
6- Berterima kasih atas jemputan dan hidangan
7- Mempelawa datang ke rumah
8- Mendoakan kebaikan kepada tuan rumah sekeluarga
9- Tidak makan terlalu banyak bagi memberi peluang kepada tetamu yang masih belum datang
10- Kalau membawa sama orang yang tidak dijemput maka hendaklah memberitahu tuan rumah terlebih dahulu.

Ianya adalah adab-adab yang utama yang mesti diambil berat oleh kita yang hendak mengunjungi temannya. Sekiranya masuk waktu solat, maka ajaklah tetamu sama-sama berjemaah di masjid yang berhampiran. Insya Allah tetamu tidak akan menolak dan bukannya satu beban. Ianya adalah berpeluang berdakwah kepada kita semua. 

wed, sep 7, 2011 at 9.26 am rahim & asmah ahmad

~Jalan Lurus sepuluh yang mesti ditempuh~


"Jalan Lurus" (The Straight Path), an Indonesian song by Gita Gutawa.

Lyrics:
Jalan lurus sepuluh yang mesti ditempuh
Yang pertama bahwa Allah Maha Esa
Yang kedua Muhammad Rasul kita
Yang ketiga cinta ibu cinta ayah kita
Yang keempat cinta guru-guru kita
Yang kelima cinta tanah air kita
Diri kita memancarkan cahya cinta
Semoga Allah membimbing kita semua

Jalan lurus sepuluh yang mesti ditempuh
Yang keenam shalat mari ditegakkan
Yang ketujuh Qur'an baca diartikan
Yang delapan sedekah jangan terbawa
Yang sembilan puasa penuh keikhlasan
Yang sepuluh senyum sopan senantiasa
Keramahan perilaku diri kita
Semoga Allah membimbing kita semua.